Rabu, 04 Mei 2011

UROLITHIASIS

Pengertian
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan
kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh
sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus ikroskopik
sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis
ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam,
hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:
a. Faktor Endogen Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum.
c. Faktor lain
a) Infeksi Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing
(BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium
yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
b) Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing.
c) Jenis Kelamin Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3 : 1
d) Ras Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e) Keturunan Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak
mempunyai kesempatan
f) Air Minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g) Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h) Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.
i) Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran
Kencing (buli-buli dan Urethra).
Patogenesis
Sebagian besar Batu Saluran Kencing adalah idiopatik, bersifat simptomatik ataupun
asimptomatik.
Teori Terbentuknya Batu
a. Teori Intimatriks Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya
substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya
batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas
substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin
dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Berkurangnya Faktor Penghambat
seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
Pengkajian Data Dasar
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
a. Perubahan metabolik atau diet
b. Imobilitas lama
c. Masukan cairan tak adekuat
d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya
e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
2. Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan :
a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu
ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang
berkurang setelah batu lewat.
b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan
bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan
penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat
obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan
ginjal
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH :
normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran
Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN
menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat
dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status
katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal
(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap :
Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid
Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen :
Menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang uriter.
e. IVP :
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi
ureter).
f. Sistoureteroskopi :
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek
ebstruksi.
g. USG Ginjal :
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
Penatalaksanaan
1. Menghilangkan Obstruksi
2. Mengobati Infeksi
3. Menghilangkan rasa nyeri
4. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi.
Komplikasi
1. Obstruksi Ginjal
2. Perdarahan
3. Infeksi
4. Hidronefrosis
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera
jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada
renal atau pada uretra.
3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera
jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
Data Penunjang : - Kolik yang berlebihan - Lemes, mual, muntah, keringat dingin
Pasien gelisah tujuan Rasa sakit dapat diatasi/hilang
Kriteria :
Þ Kolik berkurang/hilang
Þ Pasien tidak mengeluh nyeri dan dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi
Þ Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.
Þ Observasi adanya abdominal pain
Þ Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.
Þ Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.
Þ Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada
kontra indikasi.
Þ Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Þ Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine
Þ Kolaborasi dengan tim dokter :
§ · Pemberian Cairan Intra Vena
§ · Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.
§ Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat
Narkotic, Analgetic dan Anti Spasmodic.
Rasional
Þ Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang
hilang tiba-tiba menunjukkan batu bergerak.
Þ nyeri dapat menyebabkan shock.
Sumber : http://stikep.blogspot.com
Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep
Þ Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.
Þ Kemungkinan salah satu tanda shock
Þ Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah
pinggang tersebut.
Þ Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.
Þ Untuk mengurangi sumber stressor
Þ Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan
Þ Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual,
muntah dan keringat dingin terjadi.
Þ Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang
berlebihan Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar